Unreplaceable and Unrepeatable
“TAK AKAN TERGANTI DAN TAK AKAN TERULANG: ITULAH PERJALANAN
DAKWAH !”
Indira S. Rahmawaty
Dalam hidup pasti ada banyak hal yang tak terganti dan tak
akan terulang. Ada momen yang tak akan terganti, seseorang yang tak akan
terganti, benda yang tak akan terganti
dan banyak hal lainnya yang tak akan terganti dan tak akan terulang.
Dan itulah yang terbersit di benak saya: unreplaceable and unrepeatable ketika perjalanan
dakwah menegakkan syariah dan khilafah mendapatkan tantangan.
Tak akan terganti dan tak akan terulang itulah yang terpikir
ketika perjuangan mewujudkan janji Allah dan kabar gembira dari RasulNya
dianggap berbahaya.
Sisi tak tergantikan dan tak akan terulangnya adalah
pertanyaaan : Saat momen itu saya ada dimana? Melakukan apa? Berkontribusi apa?
Bukankah yang membuat Umar juga Abdurrahman bin Auf cemburu
pada Abu Bakar adalah karena bukan mereka yang ada di sisi Rasulullah pada saat
tergenting perjalanan dakwah, yaitu saat perjalanan hijrah dari Mekkah ke
Madinah? Bukan mereka yang ada dalam puncak tantangan dakwah yang
mempertaruhkan segalanya itu? Padahal siapa yang menyangsikan kontribusi luar
biasa mereka dalam dakwah? tapi tetap saja mereka merasa tak melakukan hal
terbaik di moment klimaks dakwah. Bagi saya, Itulah moment yang tak akan
tergantikan dan tak akan terulang.
Bukankah juga yang menjadi kisah dan fase tak tergantikan
dan tak terlupakan bagi seseorang adalah proses penuh pengorbanan dan kerjakeras
yang harus dilaluinya? Bukankah yang menjadikan perjalanan meraih sesuatu itu terasa begitu nikmat dan juga begitu manis
adalah remuknya badan, pedihnya mata
yang kurang tidur, sakit dan beratnya kepala yang diajak untuk terus berpikir,
time schedule yang padat dan terus dikejar deadline? dan tak ada toleransi untuk rehat???: Bukankah semua itu yang membuat kita nikmat di
penghujung? Saat kita maksimal melakukan proses ikhtiar. Sungguh, tidak ada istirahat tanpa kerja keras, tidak
ada rehat tanpa lelah !!!
Maka jika saat ini
perjalanan dakwah mendapatkan tantangan dan tantangan itu kian menguat. Maka
ingatlah untuk memohon kepada Allah swt agar kita siap seperti halnya
Abu Bakar. Abu Bakar yang merasakan
kegembiraan, penghormatan dan keberkahan saat beliaulah yang dipilih Rasulullah
saw untuk menemaninya pada saat tergenting. Dan ingatlah pula, kitapun harus memiliki sifat cemburu seperti
halnya Umar dan Abdurrahman bin Auf agar kita tak melepas momen terbaik untuk
mengambil peran dalam fase yang tak akan
tergantikan dan tak akan terulang ini.
Sahabat-sahabatku FiLLAAH, terus dan teruslah berdakwah
hingga Janji Allah dan kabar gembira RasulNya terwujud,. Teruslah berdakwah hingga
Allahlah yang akan menghentikan kita
dalam perjumpaan ruh kita denganNYA!
Dalam rindu padaMU,
Rindu pada RasulMU,
Rindu pada RamadhanMU,
Rindu pada Syariah dan Khilafah yang merupakan JanjiMU
Bandung, 26 April 2017
Komentar
Posting Komentar